Kamis, 26 Maret 2015

KREATIVITAS SENI TARI

  1. Kreatifitas Seni Tari


Dalam pembelajaran tari kreatif anak diberi kemerdekaan mengembangkan imajinasinya guna menggagas, menciptakan dan menyajikan karya tarinya sesuai dengan tingkat perkembangannya dengan memanfaatkan alam sekitar dalam penciptaan suatu karya seni. Pendidikan seni tari dapat memberikan kontribusi kepada perkembangan pribadi peserta didik (siswa). Kontribusi yang dimaksud berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
  1. Ruang bagi ekspresi diri, artinya pendidikan seni tari menjadi wahana untuk mengungkapkan keinginan, perasaan pikiran, melalui berbagai bentuk aktivitas, sehingga menimbulkan kesenangan dan kepuasan;
  2. Pengembangan potensi kreatif yaitu ditandai oleh kemampuan berfikir kritis, rasa ingin tahu menonjol, percaya diri, sering melontarkan gagasan baru orisinil, berani mengambil resiko, tampil beda dan terbuka terhadap pengalaman baru;
  3. Meningkatkan kepekaan perasaan, khususnya rasa keindahan alam maupun buatan manusia. Siswa yang peka perasaannya ditandai oleh kesadaran dan responsif terhadap gejala yang ada disekitarnya. Hal ini tercermin pada kemampuannya untuk menerima, mengamati dan menghayati berbagai rangsang dari luar. Dengan kata lain, siswa yang peka rasa memiliki daya penghayatan tinggi terhadap lingkungannya dan;
  4. Mengembangkan wawasan budaya, Pendidikan seni tari adalah pendidikan berbasis budaya, artinya belajar seni tari sekaligus belajar budaya dari mana seni tari tersebut berasal.
  1. Pengembangan Kreaktivitas Anak
Istilah kreaktivitas dalam dunia pendidikan selalu menjadi persoalan yang senantiasa diperbincangkan, diperebatkan, dan dikembangkan. Tetapi dalam realitas sehari-hari pun istilah kreaktivitas sebetulnya sering didengar dan diperbincangkan, serta bukanlah suatu hal yang asing untuk dimaknai baik dilingkungan masyarakat umum, keluarga maupun dilingkungan pendidikan. Esensi dari kreaktivitas pada umumnya selalu dimaknai sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mencipta sesuatu yang dianggap baru pada saat itu. Aksi kreatif dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal seperti, ciri-ciri khas pribadi dan pengalaman pribadi. Kreaktivitas merupakan pengembangan pola mental baru. Meskipun logika dipergunakan untuk membuat keputusan dan kemampuan untuk menyusun ide-ide kreatif tetapi, kreaktivitas pada dasarnya merupakan proses emosional yang memerlukan elemen-elemen irasional untuk meningkatkan pemrosesan intelektual. Kreaktivitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan aktifitas kreatif kita mampu memandang segala sesuatu menjadi lebih kaya.
Pengajaran seni tari di sekolah pada dasarnya berusaha memberikan peluang untuk mengembangkan sikap dan kemampuan dasar berkreaktivitas dan kepekaan cita rasa. Pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber gagasan bagi pengajaran seni tari merupakan faktor perangsang untuk menumbuhkembangkan imajinasi-imajinasi kreatif dan aktifitas yang akan mempermudah menerima dan menangkap jenis materi yang disampaikan. Kemampuan dan potensi anak yang telah ada pada dirinya tidak mungkin dapat berkembang dengan baik apabila tidak mendapatkan kesempatan dan tidak mendapat perangsang dari lingkungannya.
Peran seorang pendidik adalah menstimulasi melalui ungkapan-ungkapan rasa kepada anak didiknya sehingga, mereka dapat menemukan dan mengembangkan berbagai ragam gerak kreatifnya. Pandangan yang bermakna bagi seorang pendidik tentang kreaktivitas yaitu meliputi seluruh usaha produktif yang unik dari individu, untuk membantu anak dalam menggali dan mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dibawah ini berbagai fase dari proses penerapan kreaktivitas melalui pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber gagasan digambarkan dengan pola sebagai berikut.
  1. Penyerapan rasa, anak diajak belajar melihat, menyerap dan merasakan secara mendalam. Memberikan kebebasan akan sensasi dalam diri anak yang berkaitan dengan penginderaanya;
  2. Empati, anak diajak menghayati perasaan yang berkaitan dengan temuan-temuan dalam eksplorasi geraknya;
  3. Imajinasi, melalui imajinasi anak diajak mengingat dan menciptakan khayalan baru. Anak diajak menggunakan hayalan dan daya imajinasinya sebagai penemuan;
  4. Pembentukan, membiarkan siswa bergerak sesuai dengan presepsinya. Guru membimbing anak untuk mengomposisikan berbagai ragam gerak hasil eksplorasinya.
Seorang pendidik harus melihat kegiatan kreaktivitas sebagai sebuah proses, dengan semakin meningkatnya pengertian anak bergerak melalui tahap-tahap kreaktivitas, anak akan memiliki kemampuan untuk menciptakan karya seni yang baru.
  1. Bahan Penyusunan Kreaktivitas
Penyediaan bahan atau sumber penyusunan kreaktifitas perlu ditujukan dan diarahkan meskipun, pada hakekatnya anak sendiri berusaha menemukannya. Pemilihan bahan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang telah dirumuskan berupa tujuan pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh variabel yang datang dari diri anak sendiri, usaha pendidik dalam menyediakan dan menciptakan kondisi pengajaran serta veriabel lingkungan terutama sarana dan iklim yang memadai untuk tumbuhnya proses pengajaran. Pembelajaran tari bagi anak terhadap tahap perkembangannya mengacu pada pelaksanaan aktivitas eksplorasi gerak tari. Untuk menemukan gerakan-gerakan penyusunan suatu tarian dapat diperoleh dari berbagai sumber yang ada pada alam sekitar.siswa harus diperkenalkan dengan gerakan-gerakan yang sifatnya meniru alam (natural), baik manusia, binatang, tumbuhan dan lain-lain.
Beberapa aspek tersebut lebih disesuaikan dengan konsep pemikiran dimana anak tersebut berada. Pemilihan sumber gerak yang berasal dari manusia berupa gerakan-gerakan seperti jalan, lari, loncat serta aktivitas sehari-hari lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber gerak. Penggalian gerak bersumber dari binatang pada prosesnya dengan mengaplikasikan gerakan-gerakan kijang yang berlari meloncat-loncat, burung yang sedang terbang dengan mengepakan sayapnya serta gerakan binatang lainnya yang masih mampu dielaborasikan oleh anak sesuai dengan kreaktivitas, imajinasi dan pemahaman serta pemenuhan kebutuhannya. Ada beberapa bahan atau sumber yang dapat dijadikan gagasan dalam eksplorasi gerak tari bagi anak diantaranya sebagai berikut.
  1. Perilaku manusia
Bahan kreaktivitas yang mencakup perilaku manusia adalah; berburu, bercocok tanam, perang, menangkap ikan, memetik teh, membajak, mencangkul dan bersolek;
  1. Perilaku binatang
Bahan kreaktivitas yang mencakup perilaku binatang adalah; ayam jantan berkokok, burung terbang, ular melingkar, macan tutul merunduk, harimau yang akan menerkam mangsanya dan kupu-kupu terbang;
  1. Gerak dan bentuk tumbuh-tumbuhan
Bahan kreaktivitas yang mencakup Gerak dan bentuk tumbuh-tumbuhan adalah; letak cabang-cabang pohon, gerak pohon yang tertiup angin sepoi-sepoi, daun-daun apabila tertiup angin, hembusan angin , pohon menjulang tinggi dan bunga-bunga layu dimusim rontok;
  1. Peristiwa alamiah
Peristiwa alamiah yang dimaksud adalah suatu peristiwa alam yang sifatnya karena kekuasaan Allah atau suatu kejadian diluar jangkauan manusia diantaranya; gunung meletus, ombak laut, langit berbintang, pelangi, tanah longsor dan pelangi.
Dari beberapa contoh bahan gagasan yang dikemukakan diatas dapat digunakan sebagai bentuk ungkapan yang dapat mengasah lahirnya gerakan-gerakan yang kemudian lebih dikembangkan dan dikomposisikan secara kreatif sesuai dengan daya imajinasi anak.
  1. Rangsangan Kreaktivitas
Tari tidak terlahir begitu saja dari penciptaannya. Suatu karya terlahir diawali dulu dengan berbagai rangsangan yang menggetarkan cipta, rasa dan karsa para pencipta tari. Rangsangan adalah sesuatu yang membangkitkan pikir atau semangat. Beberapa rangsangan yang dipergunakan dalam penciptaan sebuah tari adalah.
  1. Rangsangan auditif
Yaitu rangsangan yang berbentuk suara dan janis rangsang yang didengar. misalnya; musik, instrumen, suara manusia, kata-kata dalam suatu nyanyian dan suara alam;
  1. Rangsangan visual
Yaitu rangsangan yang berasal dari objek yang bisa ditangkap dengan indera penglihatan. Bahan atau sumbernya bisa didapat dari gambar, potret, patung dan benda-benda alam lainnya;
  1. Rangsangan rabaan
Rangsangan ini berasal dari perabaan atau hasil persentuhan indra peraba terhadap suatu benda tertentu yang mengakibatkan respon gerak yang kemudian dikembangkan dalam bentuk gerak tari sesuai dengan gagasan yang timbul, ekses dari peristiwa tersebut;
  1. Rangsangan gagasan
Rangsangan ini sangat dikenal dalam dunia tari. Banyak gagasan direkontruksi menjadi sebuah komposisi karya, sehingga menjadi landasan gagasan penciptanya.
  1. Strategi Pengembangan Kreaktivitas
Beberapa langkah atau strategi yang dapat dilaksanakan untuk kreaktivitas anak dalam menari melalui alam sekitar  sebagai sumber rangsangan gagasan
  1. Langkah pengembangan kreatifitas
  1. Langkah perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam perencanaan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber gagasan dalam eksplorasi gerak tari, seorang pendidik dapat merumuskan beberapa hal antara lain;
    1. Menentukan tema kegiatan yang memberikan kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan eksplorasi gerak dilingkungan alam sekitar sebagai sumber gagasan dalam penciptaan gerak tari;
    2. Menentukan tempat pelaksanaan kegiatan. Tiap objek sebagai sumber kegiatandidapat dari tempat yang berbeda sehingga menghasilkan gagasan yang sesuai dengan interpretasi anak;
    3. Menentukan waktu untuk tiap tahap kegiatan dan target yang hendak dicapai dari waktu ke waktu.
  1. Langkah pelaksanaan
Langkah pelaksanaan yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
  1. Tindak lanjut
Tindak lanjut dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Langkah ini berupa kegiatan belajar untuk mendiskusikan hasil-hasil yang diperoleh dari lingkungan alam sekitar. Setiap individu atau kelompok diminta melaporkan hasil penemuan yang diolah menjadi sebuah gagasan terbentuknya ragam gerak menuju tarian. Guru memperjelas tujuan pembelajaran dan memberikan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan dan hasil yang telah dicapai oleh anak.


  1. Tahap Pengembangan Kreatifitas Gerak Tari
Langkah pertama penciptaan dasar dari gerak adalah kegiatan latihan untuk belajar memberanikan diri menggerakan tubuh, mengeluarkan suara atau melahirkan suatu ekspresi secara teratur. Tahapan yang ditempuh yaitu;
    1. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini guru mengajak siswa ke alam sekitar untuk mengenali segala sesuatu yang dapat diamati, didengar, diraba, dijadikan gagasan untuk proses eksplorasi gerak siswa;
    1. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini siswa diajak untuk berangan-angan dan diajak untuk menemukan sesuatu yang ada dilingkungan sekitar untuk dijadikan gagasan terbentuknya ragam gerak. Gerak tari sebagai akibat dari aktifitas penciptaan rasa dapat terwujud dari hasil pengamatan anak terhadap bentuk-bentuk, gerak-gerak yang diamati diwilayah alam sekitar. Kemudian dikembangkan dengan analogi personal anak sehingga terbentuk suatu desain gerak yang diciptakan anak sendiri.
    1. Tahap pembentukan
Tahap ini disebut juga tahap membentuk suatu ide yaitu, menempatkan gerakan-gerakan didalam suatu bentuk tarian. Siswa memilih dan mengorganisir gerak yang akan diciptakan dengan ide kreaktivitasnya sendiri.
  1. Tata Panggung/Pentas
Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon.
Sebelum memahami lebih jauh tentang tata pentas, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud pentas itu sendiri. Pentas menurut Pramana Padmodarmaya ialah tempat pertunjukan dengan pertunjukan kesenian yang menggunakan manusia (pemeran) sebagai media utama. Dalam hal ini misalnya pertunjukan tari , teater tradisional ( ketoprak, ludruk, lenong, longser, randai makyong, mendu, mamanda, arja dan lain sebagainya), sandiwara atau drama nontradisi baik sandiwara baru maupun teater kontemporer. Webster mendefinisikan pentas sebagai suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan atau suatu tempat dimana para aktor bermain. Sedang W.J.S. Purwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia menerangkan pentas sebagai lantai yang agak ketinggian dirumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk memasak). Dengan demikian kalau disimpulkan pentas adalah suatu tempat dimana para penari atau pemeran menampilkan seni pertunjukan dihadapan penonton.
Selain istilah pentas kita mengenal istilah panggung. Panggung menurut Purwadarminta ialah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi atau lantai yang berbeda ketinggiannya untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam seni pertunjukan panggung dikenal dengan istilah Stage melingkupi pengertian seluruh panggung. Jika panggung merupakan tempat yang tinggi agar karya seni yang diperagakan diatasnya dapat terlihat oleh penonton, maka pentas juga merupakan suatu ketinggian yang dapat membentuk dekorasi, ruang tamu, kamar belajar, rumah adat dan sebagainya. Jadi beda panggung dengan pentas ialah pentas dapat berada diatas panggung atau dapat pula di arena atau lapangan.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan, pentas merupakan bagian dari panggung yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton dapat jelas melihat. Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung pementasan, dan apabila suatu seni pertunjukan dipergelarkan tanpa menggunakan panggung maka disebut arena pementasan. Sehingga pementasan dapat diadakan diarena atau lapangan.
Kini yang dianggap pentas bagi seni pertunjukan kontemporer tidak saja berupa panggung yang biasa terdapat pada sebuah gedung akan tetapi keseluruhan dari pada gedung itulah pentas, yakni panggung dan tempat orang menonton. Sebab pada penampilan seni pertunjukan tokoh dapat saja turun berkomunikasi dengan penontonnya atau ia dapat muncul dari arah penonton. Seperti istilah Shakespeare bahwa seluruh dunia ini adalah pentas ( all the word’s stage). Dengan begitu bisa saja setiap lingkungan masyarakat memiliki sebuah pentas yang memadai dan sesuai untuk mementaskan sebuah seni pertunjukan.
  1. Bentuk Panggung/Pentas
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami bentuk dari masing-masing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.
  1. Panggung Arena
Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung (Gb.274). Penonton sangat dekat  sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizw_YGqqVWJYMTqQA45mMI3I2hO-FLfREzzGBS6hQFxPMDUvY2SWr4O-3xEH972WurKu7cDye8TqaIizZL7etBA5A7APZec5GhS0ZbmneaMlzwR7iYrSTb79aHU6rRsTRB2wfVk5_RygAF/s1600/1.PNGhttps://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQeUq7l3DKZcVUwSGbdoWkWQJJ3Uib2Wgi2RPyX5Vp_Q4JB6J9F
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna – berbeda satu dengan yang lain – maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.
Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacammacam.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8NYtqj7cWZykjtZCxTttIOmrC3-vSlUUQD6y1lTsKVI7F06NZoLRY8xuiNI2sAwMz2uMncl9KINp4eocD8kbn6qPWJ_o_-3gellNCd2vOCv5xbqG5J48U5K2NCr8xhaoZ12kWIawb4fIs/s320/2.PNG


Masing-masing bentuk memiliki keunikannya tersendiri tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan pemain dengan penonton.


  1. Panggung Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah (Gb.276). Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton. Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKnpkpT79W_2ofjajrNU4SPVBpbCKzZAyH6i6p9ItnHk0mpDXH1i1mu4RkVG7_RWRTfmeaK32cSyRbTIH6W76eb_M-2ziPXWBBEwLX3hJJX_Pn_yfFo7QlLdHSpAPVIqKK80nMfhVhekHR/s320/3.PNG
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTOb5zkXNSqH3Qf6PQQ2prL1_GT5oyg3n8UhUeZoty18X8CPgZZ
Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptkan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium.
Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.
  1. Panggung Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung (Gb.277). Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFbUpq3ek9VU8G33Ums__YPjcvOiy7aR8_O6Gy8RXswMqVStHjOrRL7yElA0ACIaDFd0-V3gyzTiLrGTq4eUafRi-x4ZIDqegjVaCmBiUmADYAMauBTe0mDXrDLcUjBJS7Sh9XkCyCeouV/s320/4.PNG
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSCHCTGcCLB4Qz_A23T4rJl8HJ4wsApGhcwrKsOUzS6OA9XosIQ
Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif. Panggung thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern yang menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain secara lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting teater presentasional yang mempersembahkan permainan kepada penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang memberikan gambaran lokasi kejadian.

  1. Bagian-bagian panggung/pentas
Panggung teater, Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik pendukung pertunjukan adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Seorang penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara mendetil. Yaitu :
  1. Border. Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan batasan area permaianan yang digunakan.
  2. Backdrop. Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar belakang panggung.
  3. Batten. Disebut juga kakuan. Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk meletakkan atau menggantung benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.
  4. Penutup/flies. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya.
  5. Rumah panggung (stage house). Seluruh ruang panggung yang meliputi latar dan area untuk tampil
  6. Catwalk (jalan sempit). Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga memudahkan pekerja dalam memasang dan menata peralatan.
  7. Tirai besi. Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung. Tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
  8. Latar panggung atas. Bagian latar paling belakang yang biasanya digunakan untuk memperluas area pementasan dengan meletakkan gambar perspektif.
  9. Sayap (side wing). Bagian kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.
  10. Layar panggung. Tirai kain yang memisahkan panggung dan ruang penonton. Digunakan (dibuka) untuk menandai dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan.
  11. Trap jungkit. Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
  12. Tangga. Digunakan untuk naik ke bagian atas panggung secara cepat. Tangga lain, biasanya diletakkan di belakang atau samping panggung sebelah luar.
  13. Apron. Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium.
  14. Bawah panggung. Digunakan untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah ini juga terdapat kamar ganti pemain.
  15. Panggung. Tempat pertunjukan dilangsungkan.
  16. Orchestra Pit. Tempat para musisi orkestra bermain. Dalam beberapa panggung proscenium, orchestra pit tidak disediakan.
  17. FOH (Front Of House) Bar. Baris lampu yang dipasang di atas penonton. Digunakan untuk lampu spot.
  18. Langit-langit akustik. Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan tidak menghasilkan gema.
  19. Ruang pengendali. Ruang untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound system).
  20. Bar. Tempat menjual makan dan minum untuk penonton selama menunggu pertunjukan dimulai.
  21. Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat.
  22. Tangga. Digunakan untuk naik dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
  23. Auditorium (house). Ruang tempat duduk penonton di panggung proscenium. Istilah auditorium sering juga digunakan sebagai pengganti panggung proscenium itu sendiri.
  24. Ruang ganti pemain. Ruang ini bisa juga terletak di bagian bawah belakang panggung.


  1. LIGHTING (TATA CAHAYA PEMENTASAN)
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
  2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
Unsur-unsur dalam lighting.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
  1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
  2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
  3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
  4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
  5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Tugas dan Tanggung jawab penata Cahaya
  1. Menafsirkan scenario bersama sutradara
  2. Menggali stimulus gagasan Kreatifitasnya melalui tahapan tahapan awal yang disebut Working with the teks.
  3. Membuat catatan penting tentang scenario.
  4. Bekerjasama dengan Tim produksi dan para penata lainnya.
  5. Memahami dan menguasai tata cahaya (Lighting equitment) atau menguasai cara pengendalian lampu sangat perlu. Maka tidak saja diperlukan pengetahuan juga pengalaman.
Sarana Pengendali Lampu
  1. Intensitas : Kekuatan Cahaya (Tebal atau Tipisnya cahaya)
  2. Warna : Yaitu Berkaitan dengan Suasana.
  3. Distribusi : Pencahayaan (Pemberian Pencahayaan)
  4. Gerakan : Perpindahan Ruang.
Prosedure Tata Cahaya

  1. Planning : Rancangan.
  2. Design : Rancangan.
  3. Bump in : Konsep.
  4. Rigging : Tempat Lalu lalang Penonton.
  5. Paching : Cara penataan Dari Alat alat
  6. Plooting Gerakan Pencahayaan (Gambar)
  7. Focusing : Pemokusan (Yang Biasanya pada lampu tertentu)
  8. Performing : Permainan cahaya (Memberikan Cahaya)
  9. Bump Out :  Konsep keluar

0 komentar:

Posting Komentar